Teman sekolah saya anaknya tidak pernah Imunisasi malah sehat, umur 10 bulan sudah lincah berjalan, dan juga boleh dibilang tidak pernah sakit (kalaupun sakit hanya ringan saja). dan banyak lagi kasus-kasus serupa yang tidak mungkin saya tulis satu persatu. I condole with you. Akan jauh lebih banyak lagi deret nama yang dapat ditulis, yang terselamatkan oleh vaksin. Tanpa maksud untuk 'menghilangkan' mereka yang 'menderita' akibat vaksin.
Usia anak dapat berjalan bervariasi. Apakah jika saya katakan anak yang tidak diimunisasi baru bisa berjalan di usia 1,5 tahun, lalu menjadi dasar bagi pernyataan 'anak menjadi lambat berjalan karena tidak diimunisasi'? Tidak ada hubungannya antara imunisasi dengan berjalan. Berjalan kaitannya dengan kesiapan mental dan motorik anak.
(Jangan) hindari imunisasi!
2. Menurut saya, Jika bisa Hindari Imunisasi, kalaupun perlu/terpaksa pilihlah imunisasi yang pokok saja (bukan imunisasi lanjutan/yang aneh-aneh) alasannya:
IMHO, tidak ada imunisasi yang aneh-aneh. Sedangkan imunisasi lanjutan bukanlah imunisasi di luar imunisasi wajib (yang ditetapkan oleh IDAI), tapi imunisasi yang diberikan sebagai tambahan (booster), di luar dosis 'wajib' atas alasan tertentu. Misalnya PIN polio, ketika anak yang sudah diimunisasi polio juga dianjurkan ikut.
- Kita "Mendzolimi", anak kita sendiri yang memang sedang masa pertumbuhan dan pertahanan tubuhnya masih lemah, malah kita suntikan penyakit (walaupun sudah dilemahkan) ke tubuhnya.
Betul, itu sudah dijawab sendiri. Bibit penyakit yang sudah dilemahkan ini dimasukkan ke tubuh dalam dosis yang sedemikian rupa sehingga cukup untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar membangun pasukan yang memadai. Bukan supaya sakit.
Justru karena kekebalan tubuhnya masih lemah, ia perlu 'diajari, siapa yang harus dikenali sebagai musuh dan bagaimana melawannya. Tidakkah lebih zhalim jika kita tahu bagaimana pencegahannya tapi kita memilih diam karena ketakutan (ketimbang ada dasar pemikiran lain, misalnya anak punya alergi terhadap putih telur atau tidak dapat menerima vaksin hidup)?
- Kita tidak pernah tahu kondisi anak kita sedang benar-benar sehat atau tidak, karena terutama anak yang masih di bawah 1 tahun biasanya belum bisa bicara mengenai kondisi badannya, sedangkan imunisasi harus dilakukan pada bayi/balita yang sehat (tidak sedang lemah fisiknya/sakit).
Koreksi sedikit. Anak yang sedang selesma atau flu tidak menjadi hambatan untuk diimunisasi. Selain itu, kita bisa kok menilai kondisi kesehatan anak. Jika tidak ada tanda fisik bahwa ia sedang sakit, jika ia tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir, jika insting ibu (biasanya nurani ibu lebih peka terhadap kondisi anaknya) tidak merasakan sesuatu yang aneh, jika perilaku anak tetap aktif dan riang, maka tidak ada masalah.
Biaya dan jaminan: tidak ada, mana ada?
Sesudah kita memasukan penyakit ke tubuh anak kita, biasanya kita juga harus mengeluarkan banyak biaya. (Jasa dokter/RS, harga imunisasi, dsb). Tidak ada jaminan (Dokter/RS/puskesmas) apabila setelah imunisasi anak kita bebas dari penyakit yang telah dimasukan ketubuhnya.
Memang tidak ada jaminan. Sudah saya jelaskan di awal tadi. Tampaknya para orangtua memang harus lebih aktif mencari informasi tentang vaksin, apa, bagaimana, dan sampai seberapa tinggi orangtua dapat berharap dari vaksin.
Tentu saja kita mengeluarkan biaya untuk layanan kesehatan. Sama saja seperti kita berbelanja. Dan tempat kita berbelanja juga umumnya tidak menjamin produk yang dijual. Konsumen yang dituntut untuk teliti terhadap barang yang dibeli. Mengapa kita tidak memberlakukan hal yang sama dengan produk kesehatan?